From Lina with IT

Sunday, March 06, 2005

What's make a true IT developer ?

Karier saya adalah seorang IT developer. Masih singkat memang. Job pertama kali saya sebagai seorang 'programmer' adalah membuat program penjurian untuk kompetisi debat Inggris (JOVED) di Unpar. Saya membuatnya waktu masih kuliah semester 4. Yang minta itu kenalan saya. Kita membuatnya berempat dengan menggunakan bahasa pemograman PASCAL. Jadi aplikasi pertama yang saya buat itu masih DOS interfaced. Tidak ada bayaran ^_^, yang ada pengalaman yang sangat berharga. Mau tau apa, pengalaman yang berharga itu ?

Kita tidak merancang program terlebih dahulu. Tidak ada software requirement, tidak ada software design, yang ada hanya antusiasme untuk langsung coding. Mau tahu hasilnya ?? Singkat cerita program itu dipakai untuk menggenerate pertandingan, memasukkan hasil pertandingan lalu menggenerate untuk ronde selanjutnya. Nah, di tengah kejadian..ada salah input, jadinya salah generate. Hasilnya kacau, jadinya harus input ulang, dan membuat jadi sangat..sangat ribet. Ketua panitia marah-marah...yang seharusnya pertandingan dapat langsung dimulai kembali, jadi menunggu sekitar setengah jam. Akhirnya solusinya kita menggunakan spreadsheet Excel untuk menggenerate ronde selanjutnya. Yang ternyata lebih cepat !!!! How's painful ^_^

Proyek selanjutnya sewaktu saya lagi menyusun skripsi, ada sahabat dekat saya yang dapet proyek website MLM (Multi Level Programming). Sahabat saya emang seorang perancang yang hebat. Kita sama-sama buat proposal, software requirement, software design sampai ke detail-detailnya. Kita bagi tugas. Saya lebih ke coding, dia lebih ke design. Hasilnya......luar biasa. Kita dapet gratis 2 account MLM hahaha, dan duit bernilai 6 juta. Satu hal yang kita belajar disini...biaya maintenance. Karena sahabat saya yang bertugas sebagai customer service, dia yang kena batunya. Pernah sang client kelabakan dan nelpon jam 12 malem...hahaha belum lagi tempatnya yang jauh di daerah Cimahi booo. Jadi kita belajar untuk menambah biaya maintenance. Istilahnya onsite support hahaha. Jadi paling ga capeknya dibayar ^_^

Seterusnya....terserah Anda.....proyek..demi proyek...

Kuncinya terus belajar..dan belajar...dari setiap proyek.

Ada satu buku bagus tentang software development. Saya lupa judulnya, tapi buku itu benar-benar memberikan deep inside about software development. Ada satu bab yang lucu, yaitu karakter seorang programmer.

Biasanya programmer orangnya Introvert (Pendiam) dan Pemikir. Tipe 'geek'-lah. Mau tau apa itu 'geek'. Orang yang kita liat di sinetron 'culunnya pacarku' atau di iklan permen pewangi mulut. Berkaca mata tebal, pendiam, culun, pake kemeja yang dikancing sampai ke kerahnya ^_^ hahahaha.... Sampai saya pernah baca ada milis IT-Curhat yang membahas kenapa programmer itu pendiam hahaha..dan bagaimana merubah sehingga programmer lebih 'bersuara'

Memang IT developer banyak berkutat di depan komputer. Sehari-hari berhubungan dengan komputer. Tidak berhubungan dengan orang. Kalau dalam berkomunikasi secara nyata dia 'diam seribu bahasa', tapi dalam dunia maya (ICQ, YM!) dia jadi 'beringas' hahahaa....

Wow.....
Lalu bagaimana dengan gue sendiri ?? hmmmmmm biarlah orang lain yang menilai. Tapi yang pasti gue orangnya humoris, keren, modis, pinter bergaul, supel, dan jangan lupa cateeettt gue gemar menabung...hahahaa (pede abis)

Kalau menurut gue, di dalam setiap profesi-muliakanlah Tuhan. Dia yang memberikan hikmat dan kebijaksanaan. "Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat dan kebijaksanaan"-Proverbs. Tuhan pulalah yang akan mengubahkan kita untuk serupa dengan Dia. Intropeksi diri, banyak mengembangkan diri, banyak belajar, usaha, work smart en yang terpenting andalkan Tuhan.

Jadi..minta dukungan doa yah supaya suatu saat nanti DoTheBest solutions (software house yang gue impikan) terlaksana... atau ada yang berminta bergabung menjadi freelance ????? hubungi nomor dibawah ini...(sambil tangan menunjuk-nunjuk kaya di TV)hahaha

Friday, March 04, 2005

What's the IT prime directive?

What's the IT prime directive?
by Jeff Davis

Doctors have the Hippocratic oath. The journalist's mantra is
"Accuracy, fairness, and balance." The thespian's creed is "Act well
your part, there all honor lies." Lawyers have—well, never mind
lawyers.

Almost every profession has some guiding moral principle, a set of
written and unwritten codes of conduct by which the majority of those
who practice in the profession abide. What do IT people have?

Getting the IT groove

Although I was punching cards in my college computer classes, I missed
out on the mainframe era. I started working professionally in IT back
when you were a "computer person" if you could read and understand the
20 pounds of manuals that accompanied boxed software. You were a true
geek if you actually enjoyed staring at orange or green monitors all
day.

Now everybody's getting in on the act. High school kids graduate with
MCSE certification. People who never took a typing class are entering
IT careers. They're following the money, and who can blame them?

In my experience, however, there's a problem with many of the
newcomers to the IT industry. Like Don Miguel de Cervantes says of Dr.
Carrasco in Dale Wasserman's Man of La Mancha, many IT professionals
carry their own self-importance "as though afraid of breaking it."
That attitude is what gives computer people a bad name.

The thing we have to remember is that we're in a service industry. We
aren't entertainers. Users don't worship us like actors or sports
figures. They need us, sure, but we need them more. Just because we're
smart and we make good money doesn't mean we're the most important cog
in the corporate machine. Businesses could revert to paper-based
systems and kick us out on the streets, if they had to.

Service with a humble smile

The IT profession is young, compared to medicine, law, and plumbing.
Because the profession is so young, its members have disparate skill,
experience, and maturity levels. We aren't always going to agree on
the best way to install a network or build an e-commerce solution, but
we can come together as a profession to improve our global image. Here
are some examples:

* Don't overpromise and underdeliver. Underpromise and overdeliver.
* Listen more than you talk. Lend a sympathetic ear to users and
clients. Never assume you know what they want.
* Anybody can learn to code or cobble a network together. Get your job
satisfaction out of knowing you're helping people, not just flaunting
your technical skills.

I realize this is common-sense stuff; nevertheless, I'm frankly tired
and ashamed of my IT colleagues who think they're superior to end
users and are impatient with them. Only the folks who provide
electrical, plumbing, and custodial services have a similar
pan-organization effect on people in business every day.

We aren't anonymous faces knocking out steel widgets on an assembly
line. We touch everybody and everybody touches us. From the CIO to the
level-one support tech, our goal should be the same: Give our
coworkers and our customers what they ask for in a timely,
professional manner.

Here's what I propose our IT "oath" should be: "Serve the client well,
there all honor lies." The client is every end user, every customer,
and every person who uses a computer or reads anything printed by a
computer.

Tuesday, March 01, 2005

Introduction to ERP (Enterprise Resource Planning)

Gue kerja di perusahaan yang menerapkan ERP, 50-70% waktu saya dihabiskan untuk maintenance ERP yang sudah ada di perusahaan ini. Oleh sebab itu saya mau sedikit share tentang apa itu sih ERP ? Semoga membuka wawasan

ERP, Infrastruktur Vital Sebuah Industri

Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang secara de facto telah diberikan kepada software aplikasi yang dapat mendukung transaksi atau operasi sehari-hari yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya sebuah perusahaan, seperti dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material dan kapasitas.

Sistim ERP dibagi atas beberapa sub-sistim yaitu sistim Financial, sistim Distribusi, sistim Manufaktur, sistim Maintenance dan sistim Human Resource.

Industri analis TI seperti Gartner Group dan AMR Research telah sejak awal tahun 90an memantau dan menganalisa paket-paket aplikasi yang tergolong dalam sistim ERP. Contoh paket ERP antara lain: SAP, Baan, Oracle, IFS, Peoplesoft dan JD.Edwards.

Untuk mengetahui bagaimana sistim ERP dapat membantu sistim operasi bisnis kita, mari kita perhatikan suatu kasus kecil seperti di bawah ini:

Katakanlah kita menerima order untuk 100 unit Produk A. Sistim ERP akan membantu kita menghitung berapa yang dapat diproduksi berdasarkan segala keterbatasan sumber daya yang ada pada kita saat ini. Apabila sumber daya tersebut tidak mencukupi, sistim ERP dapat menghitung berapa lagi sumberdaya yang diperlukan, sekaligus membantu kita dalam proses pengadaannya. Ketika hendak mendistribusikan hasil produksi, sistim ERP juga dapat menentukan cara pemuatan dan pengangkutan yang optimal kepada tujuan yang ditentukan pelanggan. Dalam proses ini, tentunya segala aspek yang berhubungan dengan keuangan akan tercatat dalam sistim ERP tersebut termasuk menghitung berapa biaya produksi dari 100 unit tersebut.

Dapat kita lihat bahwa data atau transaksi yang dicatat pada satu fungsi/bagian sering digunakan oleh fungsi/bagian yang lain. Misalnya daftar produk bisa dipakai oleh bagian pembelian, bagian perbekalan, bagian produksi, bagian gudang, bagian pengangkutan, bagian keuangan dan sebagainya. Oleh karena itu, unsur 'integrasi' itu sangat penting dan merupakan tantangan besar bagi vendor vendor sistim ERP.

Pada prinsipnya, dengan sistim ERP sebuah industri dapat dijalankan secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien seperti biaya inventory (slow moving part, dll.), biaya kerugian akibat 'machine fault' dll. Di negara-negara maju yang sudah didukung oleh infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT (Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga penyedian suku cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan (service) untuk mencegah terjadinya machine fault, inventory, dsb.

Berapa jumlah perusahaan yang ingin memakai sistim ERP? Pertanyaan ini mungkin dapat dijawab dengan pertanyaan : Bisakah perusahaan anda bertahan hidup (survive) tanpa sistim ERP? Menurut AMR Research dari Boston, untuk perioda 1997-2002, potensi pasar vendor sistim ERP akan melaju dari 11 sampai 52 milliar USD.

Beberapa variasi ERP

Di sistim manufacturing sendiri bisa terdapat beberapa variasi:
a) make-to-stock (diproduksi untuk dijadikan stok)
b) assemble-to-order (dirakit berdasarkan permintaan)
c) assemble-to-stock (dirakit untuk dijadikan stok)
d) make-to-order (diproduksi berdasarkan permintaan).
Contoh make-to-stock misalnya: pabrik kertas dimana kertas itu sudah menjadi suatu komoditi yang bisa dijual kapan saja. Sebuah contoh assemble-to-stock misalnya: pabrik TV yang mendatangkan komponennya secara knockdown yang kemudian di rakit untuk dijadikan TV siap jual.

Pada dasarnya, semakin kompleks suatu industri, maka sistim manufacturing tersebut juga makin menuju ke sistim assemble-to-order atau make-to-order. Sebagai contoh, industri pesawat nyaris tidak mungkin memakai sistim make to stock karena komponennya saja perlu di rancang khusus. Untuk industri seperti itu, beberapa vendor sistim ERP juga menyediakan sistim Project Management sebagai ganti dari sistim produksi.

Ada juga industri yang memerlukan sangat banyak komponen yaitu misalnya industri mobil atau industri elektronik. Dalam industri-industri ini, jumlah komponen dapat sampai jutaan macam dan masing-masing mempunyai atributnya sendiri-sendiri. Untuk
kebutuhan ini, ada vendor sistim ERP yang menyediakan sistim Product Data Management (PDM). Dengan PDM, kita bisa dengan cepat mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai hubungan suatu komponen dengan komponen yang lain. Selain itu dapat juga diketahui informasi mengenai suatu komponen atau komponen grup termasuk daftar harga, spesifikasi, pemasok dan daftar pemasok alternatif.

Bagi industri yang memerlukan efisiensi dan komputerisasi dari segi penjualan, maka ada tambahan bagi konsep ERP yang bernama Sales Force Automation (SFA). Sistim ini merupakan suatu bagian penting dari suatu rantai pengadaan (Supply Chain) ERP. Pada
dasarnya, Sales yang dilengkapi dengan SFA dapat bekerja lebih efisien karena semua informasi mengenai suatu pelanggan atau produk yang dipasarkan ada di databasenya.

Khusus untuk industri yang bersifat assemble-to-order atau make-to-order seperti industri pesawat, perkapalan, automobil, truk dan industri berat lainnya, sistim ERP dapat juga dilengkapi dengan Sales Configuration System (SCS). Dengan SCS, Sales
dapat memberikan penawaran serta proposal yang dilengkapi dengan gambar, spesifikasi, harga berdasarkan keinginan/pesanan pelanggan. Misalnya saja seorang calon pelanggan menelpon untuk mendapatkan tawaran sebuah mobil dengan berbagai kombinasi yang mencakup warna biru, roda racing, mesin V6 dengan spoiler sport dan lain-lain. Dengan SCS, Sales dapat menberikan harga mobil dengan kombinasi tersebut pada saat itu juga.

Proses

Sistim ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap 'best practice' - proses umum yang paling layak di tiru. Misalnya, bagaimana proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing), penyusunan stok di gudang dan sebagainya.

Untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari sistim ERP, maka industri kita juga haurs mengikuti 'best practice process' (proses umum terbaik) yang berlaku. Disini banyak timbul masalah dan tantangan bagi industri kita di Indonesia. Tantangannya misalnya, bagaimana merubah proses kerja kita menjadi sesuai dengan proses kerja yang dihendaki oleh sistim ERP, atau, merubah sistim ERP untuk menyesuaikan proses kerja kita.

Proses penyesuaian itu sering disebut sebagai proses Implementasi. Jika dalam kegiatan implementasi diperlukan perubahan proses kerja yang cukup mendasar, maka perusahaan ini harus melakukan Business Process Reengineering (BPR) yang dapat memakan waktu berbulan bulan.

Sebagai kesimpulan, sistim ERP adalah paket software yang sangat dibutuhkan untuk mengelola sebuah industri secara efisien dan produktif. Secara de facto, sistim ERP harus menyentuh segala aspek sumber daya perusahaan yaitu dana, manusia, waktu,
material dan kapasitas. Perlengakapan sistim ERP mencakup juga SFA, SCS, PDM dan juga Project Management. Karena sistim ERP dirancang dengan suatu proses kerja terbaik yang berlaku umum, maka hal ini merupakan tantangan konsultan ERP untuk dapat menerapkan sistim ERP untuk suatu perusahaan.

Sumber IFS (Industrial & Financial System)